Sabtu, 21 Juli 2012

Asiditas-Alkalinitas


Asiditas pada sistem air alami adalah kapasitas air untuk menetralisir OH-. Air asam biasanya tidak diperhitungkan, kecuali untuk kasus polusi berat. Asiditas biasanya merupakan hasil dari adanya asam lemah seperti H2PO4-, CO2, H2S, protein, asam-asam lemak dan ion-ion logam asam, terutama Fe3+. Asiditas lebih sukar ditentukan daripada alkalinitas, karena dua kontributor utama, CO2 dan H2S, merupakan larutan volatil yang segera hilang dari sampel (Mindriany Syafila, 1994) :
CO2 + OH- → HCO3-
H2S + OH- → HS + H2O
Istilah asam mineral bebas (free mineral acid) adalah asam kuat seperti H2SO4 dan HCl di dalam air. Asiditas total ditentukan oleh titrasi dengan basa untuk mencapai titik akhir phenolphtalein (pH 8,2). Asam mineral bebas ditentukan oleh titrasi dengan basa untuk mencapai titik akhir methyl orange (pH 4,3). Karakter asam dari ion-ion logam asam, dan biasanya beberapa merupakan asam kuat (Mindriany Syafila, 1994).
Alkalinitas merupakan penyangga (buffer) perubahan pH air dan indikasi kesuburan yang diukur dengan kandungan karbonat. Alkalinitas adalah kapasitas air untuk menetralkan tambahan asam tanpa penurunan nilai pH larutan (Anonymous A, 2010).
Alkalinitas mampu menetralisir keasaman di dalam air, Secara khusus alkalinitas sering disebut sebagai besaran yang menunjukkan kapasitas larutan penyangga dari ion bikarbonat, dan tahap tertentu ion karbonat dan hidroksida dalam air. Ketiga ion tersebut dalam air akan bereaksi dengan ion hidrogen sehingga menurunkan kemasaman dan menaikkan pH (Anonymous A, 2010).
Alkalinitas optimal pada nilai 90-150 ppm. Alkalinitas rendah diatasi dengan pengapuran dosis 5 ppm. Dan jenis kapur yang digunakan disesuaikan kondisi pH air sehingga pengaruh pengapuran tidak membuat pH air tinggi, serta disesuaikan dengan keperluan dan fungsinya. Perbedaan antara basa tingkat tinggi dengan alkalinitas yang tinggi adalah sebagai berikut (Anonymous A, 2010) :
1.   Tingkat basa tinggi ditunjukkan oleh pH tinggi;
2.   Alkalinitas tinggi ditunjukkan dengan kemampuan menerima proton tinggi.
Alkalinitas berperan dalam menentukan kemampuan air untuk mendukung pertumbuhan alga dan kehidupan air lainnya, hal ini dikarenakan (Anonymous A, 2010) :
1.   Pengaruh sistem buffer dari alkalinitas;
2.   Alkalinitas berfungsi sebagai reservoir untuk karbon organik. Sehingga alkalinitas diukur sebagai faktor kesuburan air.
Alkalinitas secara umum menunjukkan konsentrasi basa atau bahan yang mampu menetralisir kemasaman dalam air. Secara khusus, alkalinitas sering disebut sebagai besaran yang menunjukkan kapasitas larutan penyangga dari ion bikarbonat, dan sampai tahap tertentu ion karbonat dan hidroksida dalam air. Ketiga ion tersebut di dalam air akan bereaksi dengan ion hidrogen sehingga menurunkan kemasaman dan menaikan pH.  Alkalinitas biasanya dinyatakan dalam satuan ppm (mg/l) kalsium karbonat (CaCO3).  Air dengan kandungan kalsium karbonat lebih dari 100 ppm disebut sebagai alkalin, sedangkan air dengan kandungan kurang dari 100 ppm disebut sebagai lunak atau tingkat alkalinitas sedang. Pada umumnya lingkungan yang baik bagi kehidupan ikan adalah dengan nilai alkalinitas diatas 20 ppm (Anonymous B, 2010).
Alam diberkahi dengan mekanisme pertahanan sedemikian rupa sehingga dapat bertahan terhadap berbagai perubahan, begitu juga dengan pH air. Mekanisme pertahanan pH terhadap berbagai perubahan dikenal dengan istilah Kapasitas larutan penyangga pH (Anonymous B, 2010).
Pertahanan pH air terhadap perubahan dilakukan melalui alkalinitas dengan proses sebagai berikut (Anonymous B, 2010) :
CO2 + H2O <==> H2CO3 <==> H+ + HCO3- <==> CO3-- + 2H+
CO3 (karbonat) dalam mekanisme diatas melambangkan alkalinitas air. Sedangkan H(+) merupakan sumber keasaman. Mekanisme diatas merupakan reaksi bolak-balik, artinya reaksi bisa berjalan ke arah kanan (menghasilkan  H+) atau ke arah kiri (menghasilkan CO2).  Oleh karena itu, apabila seseorang mencoba menurunkan pH dengan memberikan "asam-asaman" artinya menambahkan  H+ saja maka (seperti ditunjukan mekanisme diatas).  H+ tersebut akan segera diikat oleh CO3 dan reaksi bergerak kekiri menghasilkan CO2, (CO2 ini akhirnya bisa lolos ke udara). Pada saat asam baru ditambahkan,  pH akan terukur rendah, tapi setelah beberapa waktu kemudian, ketika reaksi mulai bergerak ke kiri, pH akan kembali bergerak ke angka semula. Itulah hukum alam dan karena itu juga kita masih bisa menemukan ikan di alam sampai saat sekarang.  Dengan demikian penurunan pH tidak akan efektif kalau hanya dilakukan dengan penambahan asam saja.  Untuk itu, cobalah pula usahakan untuk  menurunkan alkalinitasnya.  Kalaupun dipaksakan hanya dengan penambahan asam maka jumlahnya harus diberikan  dalam jumlah lebih banyak yaitu untuk mengatasi alkalinitasnya terlebih dahulu, seperti ditunjukkan pada reaksi diatas (Anonymous B, 2010).
Alkalinitas secara umum menunjukkan konsentrasi basa atau bahan yang mampu menetralisir kemasamaan dalam air. Secara khusus, alkalinitas sering disebut sebagai besaran yang menunjukkan kapasitas larutan penyangga dari ion bikarbonat, dan sampai tahap tertentu ion karbonat dan hidroksida dalam air. Ketiga ion tersebut di dalam air akan bereaksi dengan ion hidrogen sehingga menurunkan kemasaman dan menaikan pH. Alkalinitas biasanya dinyatakan dalam satuan ppm (mg/l) kalsium karbonat (CaCO3). Air dengan kandungan kalsium karbonat lebih dari 100 ppm disebut sebagai alkalin, sedangkan air dengan kandungan kurang dari 100 ppm disebut sebagai lunak atau tingkat alkalinitas sedang. Pada umumnya lingkungan yang baik bagi kehidupan ikan adalah dengan nilai alkalinitas diatas 20 ppm (Putri, 2009).


Daftar Pustaka
Syafilia, Mindriany. 1994. Kimia Lingkungan I. Bandung : ITB
Putri, Ayu Maulida. 2009. Laporan Pratikum : Asidi-Alkalinitas. Banjarbaru: Universitas Lambung Mangkurat
Anonymous  A, 2010. Alkalinitas. http://id.wikipedia.org/wiki/Alkalinitas. Tanggal akses: 09 Oktober 2011
Anonymous  B, 2010. Parameter air. http://www.o-fish.com/parameter_air.html. Tanggal akses: 09 Oktober 2011


Tidak ada komentar:

Posting Komentar