Minggu, 29 Juli 2012

UJI COLIFORM


Pemeriksaan mengenai ada atau tidaknya bakteri E. Coli dalam suatu sampel air sangat penting untuk dilakukan. Hal ini dikarenakan bakteri E. Coli dapat dijadikan sebagai indikator pencemaran air. Kehadirannya dalam air terutama pada air sumber MCK (mandi cuci kakus) sangat tidak diharapkan (Mikrobiologi Lingkungan, 2011).
Dalam uji ini, terdapat empat macam bentuk pengujian, yaitu uji dugaan, yaitu uji untuk menentukan jumlah perkiraan terdekat dari bakteri E. Coli yang mungkin terkandung dalam sampel air. Uji yang kedua yaitu uji penegasan, yaitu uji untuk memeriksa kembali koloni bakteri yang telah teridentifikasi pada uji dugaan. Uji yang ketiga yaitu uji kelengkapan yang bertujuan untuk meneliti bakteri E. Coli secara mendetail dan yang terakhir yaitu uji identifikasi, yaitu uji untuk mengidentifikasi jenis bakteri E. Coli yang telah diperoleh (Mikrobiologi Lingkungan, 2011).   
Pengukuran pertumbuhan bakteri dapat dilakukan dengan pengenceran biakan atau medium dengan air steril sampai taraf 1 ml enceran mengandung sedikit bakteri (sebaiknya 30 dan 300 ). Kemudian larutan dengan jumlah yang diketahui dicampur dengan medium nutrien agar (air, seperti Lactose Broth, Brilian Green Lactose Broth, dll). Campuran ini kemudian dituangkan ke dalam cawan petri, dibiarkan mengeras dan diinkubasi selama satu atau dua hari supaya masing-masing sel dapat memperbanyak diri sampai membentuk koloni (massa bakteri). Pekerjaan berikut yang harus dilakukan adalah menghitung koloni untuk mengetahui berapa bakteri yang hidup yang ada dalam larutan tersebut (Wheeler – Volk, 1988).
Persamaan sederhana untuk menghitung jumlah bakteri 
Bo = (D) (C)
Bo = Jumlah bakteri dalam 1 ml biakan asli
D   = Faktor pengenceran (untuk pengenceran 1 :10.000, D = 10.000)              
C   = Jumlah koloni yan dihitung       

Contoh: Jika suatu biakan diencerkan menjadi 1 : 100.000 dan setelah pertumbuhan terhitung 78 koloni, berapa jumlah bakteri dalam biakan asli ?
                                                   Bo = (100.000) (78)
                                                   Bo = 7.800.000 per ml
Bakteri yang berdaya hidup dapat juga dicacah dengan cara menyaring biakan melalui penyaring membran yang akan menahan setiap bakteri yang ada. Penyaring ini kemudian ditaruh pada cawan petri steril dan ditutup dengan medium agar yang sesuai. Setelah 36 hingga 48 jam, koloni yang tumbuh pada membran dapat dicacah. Metode statistik yang digunakan untuk memperkirakan jumlah bakteri E. coli dalam air minum disebut jumlah paling mendekati MPN ( The Most Probable Number) .
Jika keadaan baik, hampir semua bakteri mampu berkembang biak dengan sangat cepat. Waktu yang dibutuhkan suatu organisme untuk membelah menjadi dua disebut waktu generasi. Pada beberapa bakteri, seperti E. Coli, waktu generasi rata-rata mungkin 20 menit, sedangkan pada jenis lainnya (seperti M. Tuberculosis) sekitar 15 sampai 20 jam. Waktu generasi selama pertumbuhan aktif bervariasi sesuai dengan jenis bakteri, walaupun kebanyakan kurang dari 1 jam. Ilustrasi tentang pentingnya mengetahui waktu generasi bakteri ditunjukkan oleh penanganan yang tepat biakan urin di tempat praktek dokter dan rumah sakit. Jika biakan urin yang terkontaminasi hanya 500 bakteri E. Coli setiap milimeter ditinggalkan di bangsal rumah sakit selama beberapa jam sebelum dibawa ke klinik diagnostik .
Bakteri E. Coli memiliki kemampuan untuk memfermentasikan kaldu laktosa pada temperatur 37oC, dengan membentuk asam dan gas dalam waktu 48 jam. Sejak diketahui bahwa E. Coli tersebar dalam semua individu, analisis bakterialogis terhadap air minum ditunjukkan dengan kehadiran bakteri tersebut. Walaupun adanya bakteri tersebut tidak dapat memastikan kehadiran bakteri tersebut (bakteri patogen) secara langsung. Namun dari hasil yang didapat memberikan kesimpulan bahwa E. Coli dalam jumlah tertentu dalam air dapat digunakan sebagai indikator adanya bakteri yang patogen .
Bakteri Escherichia Coli adalah bakteri gram negatif berbentuk batang yang tidak membentuk spora dan merupakan flora normal didalam usus. E. Coli umumnya bukan patogen penyebab penyakit namun bila jumlahnya melampaui normal maka dapat pula menyebabkan penyakit. E. Coli merupakan salah satu bakteri coliform.
Kualitas air bersih di Indonesia harus memenuhi persyaratan yang tertuang didalam Peraturan Menteri Kesehatan RI No.173/Menkes/Per/VII/77, yaitu (Suriawiria,1985) :
1.    Kualitas Fisik
Kualitas fisik meliputi kekeruhan, temperatur, warna, bau dan rasa.
2.    Kualitas Kimia
Hal ini berhubungan dengan adanya ion-ion senyawa atau logam yang membahayakan.
3.   Kualitas Biologis
Hal ini berhubungan dengan kehadiran mikroba patogen, pencemar dan penghasil toksin.
TABEL 2.1 TABEL MPN
Jumlah tabung (+) gas
Indek MPN per ml tiap 100 ml
10 ml
1 ml
0,1 ml
0
0
1
2
0
1
0
2
0
1
1
4
1
0
0
2,2
1
0
1
4,4
1
1
0
4,4
1
1
1
6,7
2
0
0
5
2
0
1
7,5
2
1
0
7,6
2
1
1
10
3
0
0
8,8
3
0
1
12
3
1
0
12
3
1
1
15
4
0
0
18
4
0
1
20
4
1
0
21
4
1
1
27
5
0
0
38
0
0
1
2
5
0
1
96
5
1
1
240


sepotong asa

gimana mau mulai ya..
rasanya aku mulai tak betah dengan keadaan ku saat ini. Rasanya semua pekerjaan ini ku tanggung dengan sendiri. Punya banyak teman itu percuma,kalau mang mereka ga ada yg peduli..ntah mrka peduli ntah ga,,
tapi rasanya aku mulai muak dengan semua ini..acara ini bukanlah acara aku,bukan acara kami.tp adalah acara kita.tp mengapa kalian tak mau berpikir.
apa ini semua salahnya dr diriku yg goblok jadi pemimpin kalian?ntah lah..hari libur ku diisi dengan semua kegiatan ini.aku ingin berkumpl.bercanda ria dengan keluarga ku pun tak bisa..tp aku ikhlas dengan semua itu.
tidak hanya kalian yg ingin berkumpul dengan keluarga tapi AKU aku yg berjuang ini pn ingin sekali.Ayah yg sibuk dengan pekrjaannya pulang sekali sebulan aku ingin bercanda,melihatnya..tp kenapa ini semua menyert ku..
apa karena aku ketua kalian?setidaknya tolong hargai persaanku..kini ku lelah dengan semua ini..
acara yg telah dibentuk dengan bidang2 dimana masing2nya dengan ada koornya..tp APA ?APA DOSSAKU YA ALLAH.
setiap har aku sibuk cari dana buat acar ini,kesana kesini..padahal ada koor dana..tp malah ga ada kerja dia..kenapa kamu tak peduli sedikit pun..
ketika aku marahpun aku malah balik dimarahkan..ketika aku ingin mengeluarkan semua uneg2ku,malah aku disalahkan..apa aku tak boleh?apa aku tak bisa menjadi seperti kalian?yang bisa berkumpul dalam keluarga disaat ramadhan ini?
dulu kalian sudah berjanji,kalau diundur merelakan libur kalian..tapi apahanya janji busuk semua..

ya allah,begitu berat cobaan mu kini ku rasa,tak ada orang yg ikhlas ku rsa menerima semua uneg2ku..haruskah semua ku siman dalam hatiku ini?semua keluhan ini?tolong ya allah bukalah hati mereka..
tapi apa ini semua kesalahan datangnya dari diri hamba yang tak bisa jadi pemimpin?
hanya isak tangis yg jath kedalam hati kini ku rasa..
cewek disaat aku butuh dia,dia malah ga respon dan respek dengan semua apa yang aku alami ini..dia malah seakan ga tau mungkin..disaat seperti ini,aku butuh dukunganmu..tapi kau malah tak ada..disaat kesibukkan.kau malah diam,disaat aku lelah.kau malah diam..
aku.liat aku disini.aku yg sendiri,tak ada yang peduli dengan keadaanku..
disaat aku butuh liburan untuk menghilangkan suntuk aktifitasku..kau tak ada...apa semua harus bertanya aku menjawab baru kau mengerti?tak adakah sikap dewasa mu,yg pengertian,perhatian..
ntahlah.
tapi biar kini semua ku tanggung sendiri,karena semua demi kebaikan ku..dan ada sesuatu yg mennati ku didepan sana

Minggu, 22 Juli 2012

Koagulasi,Turbidyti,pH dan warna


Koagulasi adalah proses penggumpalan partikel koloid karena penambahan bahan kimia   
sehingga partikel-partikel tersebut bersifat netral dan membentuk endapan karena adanya
gaya grafitasi.
Mekanisme koagulasi adalah sebagai berikut :
1.      Secara Fisika
Koagulasi dapat terjadi secara fisik seperti :
a.       Pemanasan, contoh : Darah;
b.      Pengadukan, contoh : tepung kanji;
c.       Pendinginan, contoh : agar-agar.
2.      Secara Kimia
Sedangkan secara kimia seperti penambahan elektrolit, pencampuran koloid yang berbeda muatan, dan penambahan zat kimia koagulan. Ada beberapa hal yang dapat menyebabkan koloid bersifat netral, yaitu:
a.       Menggunakan prinsip elektroforesis;
b.      Penambahan koloid;
c.       Penambahan elektrolit.
Dalam proses koagulasi, stabilitas koloid sangat berpengaruh. Stabilitas merupakan daya tolak koloid karena partikel-partikel mempunyai muatan permukaan sejenis (negatif). Bberapa gaya yang menyebabkan stabilitas partikel, yaitu:
1.   Gaya elektrostatik;
2.   Bergabung dengan molekul air (reaksi hidrasi);
3.   Stabilitas yang disebabkan oleh molekul besar yang diadsorpsi pada permukaan.
Secara garis besar (berdasrkan uraian diatas), mekanisme koagulasi adalah:
1. Destabilisasi muatan negatif partikel oleh muatan positiF dari koagulan;
2. Tumbukan antar partikel;
3. Adsorpsi. (Anonymous B, 2010)
Faktor–faKtor yang mempengaruhi koagulasi :
1.      Pemilihan bahan kimia
      Untuk melaksanakan pemilihan bahan kimia, perlu pemeriksaan terhadap
      karakteristik air baku yang akan diolah yaitu :
a.    Suhu;
b.   pH;
c.    Alkalinitas;
d.   Kekeruhan;
e.    Warna.
Efek karakteristik tersebut terhadap koagulan adalah :
a.    Suhu  berpengaruh terhadap daya koagulasi dan memerlukan pemakaian bahan kimia berlebih, untuk mempertahankan hasil yang dapat diterima;
b.   pH Nilai ekstrim baik tinggi maupun rendah, dapat berpengaruh terhadap koagulasi. pH optimum bervariasi tergantung jenis koagulan yang digunakan;
c.    Alkalinitas yang rendah membatasi reaksi ini dan menghasilkan koagulasi yang kurang baik, pada kasus demikian, mungkin memerlukan penambahan alkalinitas ke dalam air, melalui penambahan bahan kimia alkali/basa ( kapur atau soda abu);
d.   Makin rendah kekeruhan, makin sukar pembentukkan flok.Makin sedikit partikel, makin jarang terjadi tumbukan antar partikel/flok, oleh sebab itu makin sedikit kesempatan flok berakumulasi;
e.    Warna berindikasi kepada senyawa organik, dimana zat organik bereaksi dengan koagulan, menyebabkan proses koagulasi terganggu selama zat organik tersbut berada di dalam air baku dan proses koagulasi semakin sukar tercapai.
2.      Penentuan dosis optimum koagulan
Untuk memperoleh koagulasi yang baik, dosis optimum koagulan harus ditentukan. Dosis optimum mumgkin bervariasi sesuai dengan karakteristik dan seluruh komposisi kimiawi di dalam air baku, tetapi biasanya dalam hal ini fluktuasi tidak besar, hanya pada saat-saat tertentu dimana terjadi perubahan kekeruhan yang drastis (waktu musim hujan/banjir) perlu penentuan dosis optimum berulang-ulang.
3.      Penentuan pH optimum
Penambahan garam aluminium atau garam besi, akan menurunkan pH air, disebabkan oleh reaksi hidrolisa garam tersebut, seperti yang telah diterangkan diatas. Koagulasi optimum bagaimanapun juga akan berlangsung pada nilai pH tertentu. Apabila muatan koloid dihilangkan, maka kestabilan koloid akan berkurang dan dapat menyebabkan koagulasi atau penggumpalan. Penghilangan muatan koloid dapat terjadi pada sel elektroforesis atau jika elektrolit ditambahkan ke dalam sistem koloid. Apabila arus listrik dialirkan cukup lama ke dalam sel elektroforesis maka partikel koloid akan digumpalkan ketika mencapai elektrode. Jadi, koloid yang bermuatan negatif akan digumpalkan di anode, sedangkan koloid yang bermuatan positif digumpalkan di katode. Koagulan yang paling banyak digunakan dalam praktek di lapangan adalah alumunium sulfat [Al2(SO4)3], karena mudah diperoleh dan harganya relatif lebih murah dibandingkan dengan jenis koagulan lain.
Beberapa contoh koagulasi dalam kehidupan sehari-hari dan industri (Purba, 2006):
1.   Pembentukan delta di muara sungai terjadi karena koloid tanah liat dalam  air sungai mengalami koagulasi ketika bercampur dengan elektrolit dalam air laut;
2.   Pada pengolahan karet, partikel-partikel karet dalam lateks digumpalkan dengan penambahan asam asetat atau asam format sehingga karet dapat dipisahkan dari lateksnya;
3.   Lumpur koloidal dalam air sungai dapat digumpalkan dengan menambahkan tawas. Sol tanah liat dalam air sungai biasanya bermuatan negatif sehingga akan digumpalkan oleh ion Al 3+ dari tawas (alumunium sulfat);
4.   Asap dan tebu dari pabrik/ industri dapat digumpalkan dengan alat koagulasi listrik dari Cottrel.
Warna adalah spektrum yang terdapat di dalam suatu cahaya sempurna (berwarna putih). Identitas suatu warna ditentukan panjang gelombang cahaya tersebut. Sebagai contoh warna biru memiliki panjang gelombang 460 nanometer.
Warna di dalam air terbagi menjadi dua, yaitu :
·         Warna Sejati
Warna yang berasal dari penguraian zat organik alami yaitu zat humus (asam humus dan asam flufik), lignin, dimana merupakan sekelompok senyawa yang mempunyai sifat – sifat yang mirip. Senyawa ini menyebabkan warna di dalam air sukar dihilangkan terutama jika konsentrasinya tinggi dan memerlukan pengolahan dengan kondisi operasional yang khusus/ berbeda dengan pengalihan warna semu.
Karakteristik warna sejati pada air :
a.       Air berwarna kuning terang sampai coklat-merah;
b.      Air relatif jernih;
c.       pH air relatif rendah, dibawah 6 (rata-rata 3-5) oleh karena itu air dengan pH < 4,5 tidak                mengandung alkalinitas.

·         Warna Semu
Warna semu adalah warna yang disebabkan oleh :
a.       Partikel – partikel penyebab kekeruhan (tanah, pasir, dll);
b.      Partikel/ dispersi halus besi dan mangan;
c.       Partikel – partikel mikroorganisme (algae/lumut);
d.      Warna yang berasal dari pemakaian zat warna oleh industri (tekstil, pengrajin batik, pabrik kertas, dll).

Klorida


Klorida adalah ion yang terbentuk sewaktu unsur klor mendapatkan satu elektron untuk membentuk suatu anion (ion bermuatan negatif) Cl-. Garam dari asam Hidroklorida HCl mengandung ion klorida, contohnya adalah garam meja, natrium klorida dengan rumus kimia NaCl. Dalam air, senyawa ini terpecah menjadi ion Na+ dan Cl- .
Dalam percobaan ini, metode yang digunakan adalah titrasi Argentometri cara Mohr. Argentometri merupakan salah satu cara untuk menentukan kadar zat dalam suatu larutan yang dilakukan dengan titrasi berdasarkan pembentukan endapan dengan ion Ag+. Pada titrasi Argentometri, zat pemeriksaan yang telah dibubuhi indikator dicampur dengan larutan standar garam perak nitrat (AgNO3). Dengan mengukur volume larutan standar yang digunakan sehingga seluruh ion Ag+ dapat tepat diendapkan, kadar garam dalam larutan pemeriksaan dapat ditentukan. Berdasarkan pada indikator yang digunakan, Argentometri dapat dibedakan atas 3 macam, yaitu salah satunya diantaranya adalah Metode Mohr (pembentukan endapan berwarna). Metode Mohr dapat digunakan untuk menetapkan kadar klorida dan bromida dalam suasana netral dengan larutan standar AgNO3 dan penambahan K2CHO4 sebagai indikator. Titrasi dengan cara ini harus dilakukann dalam suasana netral atau dengan sedikit alkalis, pH 6,5 – 9,0. Dalam suasana asam, perak kromat larut karena terbentuk dikromat dan dalam suasana basa akan terbentuk endapan perak hidroksida.
Klorida dalam air untuk penyamakan kulit, perlu dihilangkan, sebab dapat mengganggu proses penyamaka kulit. Karena klorida dapat bereaksi dengan bahan penyamak dan membentuk endapan putih.
Analisa klorida secara kuantitatif dapat dilakukan dengan beberapa cara, diantaranya analisa secara titrimetri dengan menggunakan metode argentometri. Metode yang sering digunakan pada penetapan klorida adalah metode Argentometri. Metode Argentometri (titrasi pengendapan) yang tergolong pada pemeriksaan kimia secara titrimetri /volumetri. Titrimetri atau analisa volumetri adalah salah satu cara pemerikasaan jumlah zat kimia yang luas penggunaannya. Cara ini sangat menguntungkan karena pelaksanaannya mudah dan cepat, ketelitian dan ketepatan cukup tinggi, juga dapat digunakan untuk menentukan kadar berbagai zat yang mempunyai sifat yang berbeda-beda. Ion-ion yang dapat mengganggu dalam penetapan kadar klorida metode Argentometri atau pengendapan adalah: Bahan-bahan yang terdapat dalam air minum dalam jumlah yang normal tidak mengganggu; Bromida, iodida, dan sianida ekivalen dengan konsentrasi klorida; Ion sulfida, ferri sulfat dan sulfat menggaggu, tetapi dapat dihilangkan dengan penambahan hidrogen peroksida; Ion sulfida, ferri sulfat dan sulfat menggaggu, tetapi dapat dihilangkan dengan penambahan hidrogen peroksida; Ortofosfat yangn lebih dari 25 mg/L mengganggu dengan membentuk endapan perak fospat; Besi yang lebih dari 10 mg/L mengaburkan titik akhir. 
Pada umumnya titrasi pengendapan didasarkan pada penggunaan larutan baku perak nitrat sehingga cara titrasi ini sering dinamakan titrasi argentometri. Pada titrasi ini biasanya digunakan larutan baku perak nitrat 0,1 M dan larutan baku Kalium Tiosianat 0,1 M. Kedua pereaksi ini dapat diperoleh sebagai zat baku utama, namun kalium tiosianat agak mudah menyerap air sehingga larutannya perlu dibakukan dengan larutan perak nitrat. Kedua larutan baku ini cukup bagus selama dalam penyimpanan asalkan disimpan dalam wadah kedap udara dan terlindung dari cahaya .
Pelarut yang dugunakan harus air betul-betul murni, atau air suling. Kalau tidak kekeruhan akan muncul lantaran pengaruh ion klorida yang ada di dalam air. Jika larutan itu disaring, kemudian dibakukan dengan NaCl secara gravimetri .
Selain larutan kalium tiosianat, larutan amonium tiosianat 0,1 M sering pula dipakai sebagai larutan baku di dalam titrasi Argentometri. Namun, karena amonium tiosianat sangat mudah menyerap air, maka harus dibakukan dulu dengan larutan baku perak nitrat memakai cara titrasi volhard (Sawyer dkk, 1999).