Minggu, 04 November 2012
Jumat, 02 November 2012
macam-macam radar
RADAR
1.
Pengertian Radar
Radar
merupakan suatu singkatan dari radio detection and ranging. Sesuai dengan nama
yang diberikan radar dikembangkan sebagai suatu cara yang menggunakan gelombang
radio untuk mendeteksi adanya objek dan menentukan jarak (posisi) obyek
tersebut. Prinsip kerja radar ialah memancarkan dan menerima gelombang
elektromagnetik yang dipantulkan oleh target. Dalam bidang meteorology radar
digunakan untuk mendeteksi dan mengetahui letak awan dan kemungkinan terjadinya
hujan.
2. Komponen
Radar
Ada
tiga komponen utama yang tersusun di dalam sistem radar,yaitu:
·
Transmitter(pemancar
sinyal)
·
Antenna,
dan
·
Receiver
(penerima sinyal)
Selain tiga komponen di atas, sistem
radar juga terdiri dari beberapa komponen pendukunglainnya, yaitu
1. Waveguide ,berfungsi sebagai
penghubung antara antena dan transmitter.
2. Duplexer, berfungsi sebagai tempat
pertukaran atau peralihan antara antena danpenerima atau pemancar sinyal ketika
antena digunakan dalam kedua situati tersebut.
3. Software, merupakan suatu bagian elektronik yang
berfungsi mengontrol kerja seluruhperangkatdan antena ketika melakukan tugasnya
masing-masing

Sumber:
http://en.wikipedia.org/wiki/Imager:Sonar_Principle_EN.svg.
Gambar 1. Prinsip kerja radar
3.
Manfaat Radar
Manfaat
dari adanya radar yaitu :
1. Untuk mengetahui intensitas curah hujan, mendeteksi kecepatan, dan arah angin.
2. Untuk mendeteksi posisi dan keberadaan pesawat terbang lain.
3. Untuk mencapai sasaran/target penembakan.
4. Untuk mendeteksi kecepatan kendaraan bermotor saat melaju di jalan.
5. Untuk mengatur jalur perjalanan kapal agar setiap kapal dapat berjalan dengan baik dan tidak bertabrakan.
6. Untuk mengatur lalu lalang serta kelancaran lalu lintas udara bagi setiap pesawat terbang yang akan lepas landas (take off), terbang, maupun yang akan mendarat (landing).
1. Untuk mengetahui intensitas curah hujan, mendeteksi kecepatan, dan arah angin.
2. Untuk mendeteksi posisi dan keberadaan pesawat terbang lain.
3. Untuk mencapai sasaran/target penembakan.
4. Untuk mendeteksi kecepatan kendaraan bermotor saat melaju di jalan.
5. Untuk mengatur jalur perjalanan kapal agar setiap kapal dapat berjalan dengan baik dan tidak bertabrakan.
6. Untuk mengatur lalu lalang serta kelancaran lalu lintas udara bagi setiap pesawat terbang yang akan lepas landas (take off), terbang, maupun yang akan mendarat (landing).
4.
Jenis-jenis
Radar
Jenis-jenis dari radar yaitu:
1. Doppler Radar
Jenis radar ini menggunakan efek Doppler untuk mengukur kecepatan radial dari sebuah objek yang masuk ke daerah tangkapan. Efek Doppler adalah perubahan frekuensi atau panjang gelombang dari sebuah gelombang yang diterima pengamat. Adapun kecepatan radial ialah kecepatan suatu benda dalam arah segaris dengan pandangan (menjauhi atau mendekati pengamat). Contoh Doppler Radar ialah radar cuaca yang digunakan mengetahui seluruh fenomena yang terjadi di atmosfer Bumi atau sebuah planet lain.
2. Bistatic Radar
Sistem radar ini terdiri dari komponen penerima sinyal (receiver) dan pemancar sinyal (transmitter). Dengan dua komponen tersebut, target dapat dideteksi melalui sinyal yang dipantulkan ke pusat antena. Sistem radar itu berfungsi melacak keberadaan target melalui proses refleksi dari sumber pencahayaan yang ada. Radar ini selanjutnya biasa digunakan untuk sinyal komunikasi dan sistem penyiaran. frans ekodhanto
Jenis-jenis dari radar yaitu:
1. Doppler Radar
Jenis radar ini menggunakan efek Doppler untuk mengukur kecepatan radial dari sebuah objek yang masuk ke daerah tangkapan. Efek Doppler adalah perubahan frekuensi atau panjang gelombang dari sebuah gelombang yang diterima pengamat. Adapun kecepatan radial ialah kecepatan suatu benda dalam arah segaris dengan pandangan (menjauhi atau mendekati pengamat). Contoh Doppler Radar ialah radar cuaca yang digunakan mengetahui seluruh fenomena yang terjadi di atmosfer Bumi atau sebuah planet lain.
2. Bistatic Radar
Sistem radar ini terdiri dari komponen penerima sinyal (receiver) dan pemancar sinyal (transmitter). Dengan dua komponen tersebut, target dapat dideteksi melalui sinyal yang dipantulkan ke pusat antena. Sistem radar itu berfungsi melacak keberadaan target melalui proses refleksi dari sumber pencahayaan yang ada. Radar ini selanjutnya biasa digunakan untuk sinyal komunikasi dan sistem penyiaran. frans ekodhanto
3. Radar presipitasi (PR : Precipitation
Radar)
adalah sensor pengindera presipitasi (curah
hujan) pertama yang berada di antariksa, dan dibawa oleh satelit TRMM (Tropical
Rainfall Measuring Mission). Sensor PR satelit TRMM ini berupa radar
pengamatan secara elektronik (electronically scanning radar) terhadap
curah hujan dari antariksa, beroperasi pada frekuensi 13,8 GHz, memiliki
resolusi horisontal di permukaan sekitar 3,1 mile (5 km) dan lebar sapuan (swath
width) 154 mile (247 km). Kegunaan utama dari sensor PR satelit TRMM ini
adalah untuk pemantauan/pengukuran secara 3-D (tiga dimensi) distribusi curah
hujan yang terjadi, baik di atas daratan maupun di atas lautan, serta untuk
pengukuran kedalaman lapisan curah hujan di atmosfer itu sendiri. Secara lebih
rinci, sensor PR satelit TRMM ini dapat digunakan untuk pemantauan/pengukuran
profil (vertikal) curah hujan dan salju dari permukaan sampai ketinggian
sekitar 12 mile (20 km), dengan resolusi vertikal setiap 250 m, dan
sensitivitas sinyal minimum yang mampu di deteksi senor PR satelit TRMM ini
lebih kurang 20 dBz atau setara dengan kecepatan curah hujan (rain rate)
sekitar 0,7 mm / jam. (Fu dan Liu, 2001). Sensor PR satelit TRMM ini didisain
oleh NASDA (National Space Development Agency) Jepang, yang sekarang
dikenal sebagai JAXA (Japan Aerospace Exploration Agency) Jepang dalam
rangka kerjasama dengan NASA (National Aeronautics and Space Administration)
Amerika Serikat untuk memantau dan studi curah hujan di daerah tropis.
Ilustrasi artistik satelit TRMM berikut 5 sensor utamanya (PR, TMI, VIRS, LIS
dan CERES) disajikan dalam gambar (1) berikut :

Sumber: (http :
//trmm.gsfc.nasa.gov/overview_dir... 2/2/2008).
Gambar
2. Ilustrasi
artistik satelit TRMM berikut sensor-sensor utamanya yaitu PR (Precipitation
Radar), TMI
(TRMM
Microwave Imager), VIRS (Visible Infrared Scanner), LIS (Lightning
Imaging Sensor) dan CERES (Clouds
and
Earth’s Radiant Energy System).

Gambar
3. ilustrasi
artititik resolusi spasial dan resolusi vertikal sensor presipitasi (PR :
Precipitation
Radar) satelit TRMM dan perbandingannya dengan sensor radar cuaca yang di
bawa
pesawat terbang maupun sensor radar cuaca di permukaan bumi. (Heymsfield et
al.,
2000).

Sumber
: (http://trmm.gsfc.nasa.gov/trmm_rain/Events/auto_pr_slice.html.4/23/2008).
Gambar
4. Estimasi
curah hujan dari satelit TRMM sensor PR (Precipitation Radar) dan TMI (TRMM
Microwave
Imager)
yang di-overlay dengan sensor VIRS (Visible Infra Red Scanner
4.
Equatorial Atmosphere Radar (EAR)
EAR adalah radar doppler
yang dibangun untuk observasi di daerah ekuator, radar ini selesai diinstal
sejak bulan Maret 2001. EAR beroperasi pada 47 MHz dengan maksimum peak dan
kekuatan transmisi rata-rata 100 kW dan 5 kW. EAR diinstal pada area
pengunungan di bagian barat Sumatra yang berlokasi pada 0.20º S, 100º E di
Bukittinggi.
Prinsip pengukuran angin
dengan radar memancarkan dan menerima pulsa radiasi gelombang mikro dengan
antenanya. Antena memfokuskan radiasi menjadi beam sempit, sehingga sinyal yang
ditransmisikan berjalan pada arah yang spesifik. Sinyal yang diterima
dipantulkan dari target yang terletak di arah beam, dan jarak antar radar
dengan target bisa ditentukan secara akurat dari selang waktu sinyal yang
dipancarkan sampai sinyal yang diterima. Di stasiun ini dibangun Radar Atmosfer
Khatulistiwa (Equatorial Atmospheric Radar) untuk memantau kondisi atmosfer hingga
ketinggian lebih dari 100 kilometer. Dengan instrumen ini diukur angin dalam
tiga dimensi. Selain itu diperoleh data suhu virtual dengan menggunakan
gelombang suara untuk kemudian dikonversikan guna memperoleh gambaran besarnya
kandungan uap air di atas atmosfer Sumatera Barat.
5.
Boundary Layer Radar (BLR)
BLR merupakan L-band Doppler
radar yang disebutkan sebagai radar profil angin yang dapat digunakan untuk
mengukur kecepatan angin pada suatu tempat sebagai fungsi dari ketinggian. Boundary
Layer atmosfer sendiri didefinisikan sebagai bagian dari troposfer yang
secara langsung dipengaruhi oleh permukaan bumi dan bereaksi dengan gaya
permukaan dalam skala waktu kurang dari satu jam. Gaya ini termasuk evaporasi,
transpirasi, transfer panas dan emisi polutan (Nurmayani, 2003).
Sistem perangkat BLR terdiri
dari unit antena, unit transmitter, unit penerima, unit akusisi data dan unit
pemroses sinyal. Pada pengamatan dengan BLR sinyal frekuensi radio yang
diperkuat dalam unit transmitter, dipancarkan dari antena parabola. Sinyal
lemah yang dipantulkan turbulensi atmosfer, dikumpulkan antena dan ditransfer
ke unit penerima. Sinyal yang diterima akan diperkuat, dideteksi dan diubah ke
sinyal video dalam unit penerima kemudian sinyal video dikirim ke unit pemroses
data. BLR memiliki daya sebesar 1 kW dengan resolusi spasial 100 m dan resolusi
temporal 1 menit. Kisaran ketinggian BLR sekitar 1-5 km. BLR menggunakan tiga
buah antena parabola dengan diameter masing-masing 2 m. Antena-antena diarahkan
ke tiga titik berbeda yaitu satu beam tepat kearah vertikal, dua beam lainnya
kearah timur dan utara dengan sudut zenith maksimum 30º. Untuk mendapatkan tiga
komponen angin, BLR harus beroperasi dengan menggunakan frekuensi tinggi.
Sebagai konsekuensi penggunaan frekuensi tinggi ini, pemantulan volume radar
dari turbulensi atmosfer akan lebih kecil bila dibandingkan butir hujan.
Akibatnya BLR tidak dapat mengukur pergerakan atmosfer secara langsung pada
saat awan hujan atau mendung.
6.
X-band Radar (XDR)
X-band merupakan radar
doppler yang dapat mendeteksi awan sampai pada jarak 83 km. X-band beroperasi
pada 9.445 GHz dan kekuatan transmisi puncaknya 40 kW dengan resolusi waktu 4
menit dan resolusi spasial 250 m. Pada tanggal 10 April-9 Mei 2004, X-band dipasang
pada sebuah volume pengamatan dengan 17 sudut zenith dari 0.7º-40.0º. Untuk melihat
aktivitas awan di Kototabng, X-band dipasang dengan jarak 20 km dari arah tenggara
EAR dan dapat mengamati awan pada ketinggian lebih dari 14 km.
5. Prinsip
kerja Radar dalam menentukan curah hujan
Untuk menganalisis angin pada saat kemunculan
awan hujan digunakan data EAR. Data EAR yang berupa data angin zonal,
meridional dan vertikal diolah dengan menggunakan fortran. Hasil
olahannya berupa arah angin berdasarkan waktu (sumbu x) dan ketinggian (sumbu
y). Perbandingan hasil pengamatan dilakukan dengan melihat karakteristik awan
hujan, kejadian hujan dan keadaaan angin pada masing-masing pengamatan.
Selasa, 30 Oktober 2012
sistem informasi lingkungan
Data status lingkungan hidup daerah (SLHD) merupakan data penting
dalam penyusunan perencanaan pembangunan daerah oleh karena itu sangat
diperlukan suatu sistem dalam mengelola data dan informasi lingkungan hidup
tersebut. Sistem informasi lingkungan merupakan suatu bentuk pengarsipan data
secara digital, yang diwujudkan dalam bentuk tabel, peta, grafik, gambar dan deskripsi
singkat tentang berbagai komponen lingkungan yang digabungkan dengan model
basis data(database)
lingkungan.
Salah satu penyajian basis data lingkungan adalah dengan
penyusunan peta berbagai komponen lingkungan dalam format dan skala yang
seragam, sabagai dasar bagi pengambilan kebijakan terhadap pembangunan. Untuk
menyajikan peta sumber daya wilayah tersebut, maka perangkat digital yang
digunakan adalah MapInfo atau ArcGIS atau Arc View yang diintegrasikan dengan perangkat lunak lain, dalam hal ini dengan
bahasa pemrograman, untuk penyusunan model basis data.
Adapun hasil yang bisa didapat pada sistem informasi lingkungan
hidup ini berupa: Basis data (database) Lingkungan Hidup Kota Pariaman, dan peta-peta yang meliputi (peta
administrasi, peta penggunaan lahan, peta lokasi rumah sakit, peta lokasi hotel
dan penginapan). Serta aplikasi SistemInformasi Lingkungan Hidup yang merupakan
integrasi dari database dan SistemInformasi Geografis.
Maksud dari pembuatan SIL adalah untuk mengumpulkan data-data status
lingkungan hidup daerah Kota Pariaman secara digital dengan format database dan
dapat diperbaharui dalam jangka waktu tertentu dengan melibatkan Satuan Kerja
Perangkat daerah (SKPD) terkait sekaligus dapat diakses oleh masyarakat dalam
bentuk website.
Tujuan dari pembuatan SIL adalah untuk memperbaharui data-data
lingkungan hidup Kota Pariaman dalam bentuk database program sehingga dapat
dapat diakses dengan mudah dan cepat yang berguna dalam penyusunan perencanaan
pembangunan daerah Kota Pariaman.
Rabu, 22 Agustus 2012
Sistem penyedian air minum
Dalam sistem penyediaan aiir minum terdapat empat komponen utama yaitu:
1. sumber dan bangunan penangkap
sumber dan sistem intake meliputi sumber air baku yang digunakan dan sistem pengumpulannya.sistem ini harus mampu menyuplai secara kontinu air dalam jumlah yang mencukupi.
2. sistem transmisi
sisitem transmisi berfungsi untuk membawa air baku air hasil pengolahan dari sumber ke distribusi
3. sistem pengolahan
sistem pengolahan digunakan untuk mengelola air baku yang digunakan agar memenhi syarat air minumyang telah ditetapkan
4. sistem distribusi
sistem distribusi berfungsi untuk mengalirkan air hasil kepada masyarakat atau konsumen pemakai dengan tekannan yang mencakupi pada jaringan pipa distribusi
1. sumber dan bangunan penangkap
sumber dan sistem intake meliputi sumber air baku yang digunakan dan sistem pengumpulannya.sistem ini harus mampu menyuplai secara kontinu air dalam jumlah yang mencukupi.
2. sistem transmisi
sisitem transmisi berfungsi untuk membawa air baku air hasil pengolahan dari sumber ke distribusi
3. sistem pengolahan
sistem pengolahan digunakan untuk mengelola air baku yang digunakan agar memenhi syarat air minumyang telah ditetapkan
4. sistem distribusi
sistem distribusi berfungsi untuk mengalirkan air hasil kepada masyarakat atau konsumen pemakai dengan tekannan yang mencakupi pada jaringan pipa distribusi
ion exchange
Ion exchange merupakan suatu metode unit proses yang
terdiri dari reaksi kimia antara ion dalam fase cair dengan ion dalam media
padat tidak larut (resin). Kesadahan umumnya dihilangkan menggunakan resin
penukar ion. Resin pelunak air komersial dapat digunakan dalam skala kecil,
meskipun demikian tidak efektif digunakan untuk sekala besar. Resin
adalah suatu polimer yang secara elektris memiliki muatan yang satu ionnya
dapat digantikan oleh ion lainnya. Sering kali resin dipakai untuk
menghilangkan molekul yang besar dari air misalnya asam humus, lignin, asam
sulfonat. Untuk regenerasi dipakai garam alkali atau larutan natrium
hidroksida, bisa juga dengan asam klorida jika dipakai resin dengan sifat asam.
Dalam regenerasi
itu dihasilkan eluen yang mengandung organik dengan konsentrasi tinggi. Untuk
proses air minum sampai sekarang hanya dipakai resin dengan sifat anionik.ibedakan
atas dua jenis:
1.
Resin alami
Umumnya yang digunakan adalah zeolit,
yaitu mineral yang terdiri dari kristal alumino silikat terhidrasi yang
mengandung kation alkali atau alkali tanah dalam kerangka tiga dimensi.
2.
Resin buatan atau sintesis
Resin penukar ion sintetis merupakan suatu polimer yang
terdiri dari dua bagian yaitu struktur fungsional dan matrik resin yang sukar
larut. Resin penukar ion ini dibuat melalui kondensasi phenol dengan
formaldehid yang kemudian diikuti dengan reaksi sulfonasi untuk memperoleh
resin penukar ion asam kuat. Resin sintesis memiliki kapasitas ion exchange
yang lebih besar dari resin alami baik dari segi penukaran kation maupun anion.
Biasanya resin sintesis terdiri dari polimerasi material organik syrene dan DVB
(divinylbenzene).
Dalam pengolahan air minum,
media ion exchange harus memiliki
sifat-sifat sebagai berikut:
a. Memiliki ion dalam media ion exchange itu sendiri;
b. Tidak larut dalam air;
c. Memiliki luas permukaan yang
cukup pada struktur poro-poro sehingga mudah bagi ion untuk melewatinya;
d. Memiliki kapasitas ion exchange dan dapat diregenerasi dengan
bahan kimia yang sesuai;
e. Bersifat tahan lama dan stabil
secara kimia;
f.
Tidak beracun dan dalam penggunaannya tidak mewarnai air.
Fungsi
dari ion exchange adalah:
a. Demineralisi air;
b. Penyisihan amoniak;
c. Penyisihan logam berat;
d.
Pengolahan radioaktif tingkat tinggi dan tingkat rendah.
Kriteria
desain kolom penukar ion:
a. Kedalaman resin 2,0-8,5 ft;
b. Laju alir larutan 1-8 gpm/ft2;
c. Ukuran diameter butiran
(0,1-1) mm;
d. Tingkat kolom harus
memungkinkan terjadinya ekspansi resin selama backwash, tinggi maksimum kolom ± 12 ft;
e. Selama backwash, zeolit berekspansi 25% dari kedalamannya sedangkan resin
sintetis akan mengembang 75-100% dari kedalamannya semula;
f. Bila tinggi kolom yang
dikehendaki besar dari 12 ft, digunakan 2 buah kolom. Salah satu jenis kolom
ialah pra pabrikan kolom silinder baja dengan tinggi kolom 12 ft dan diameter 3
inchi.
Sedangkan untuk resin penukar
ion basa kuat diperoleh dengan mengkondensasikan
phenilendiamine dengan
formaldehid dan telah ditunjukkan bahwa baik resin penukar kation dan resin
penukar anion hasil sintesis ini dapat digunakan untuk memisahkan atau
mengambil garam–garam.
Pada umumnya senyawa yang
digunakan untuk kerangka dasar resin penukar ion asam kuat dan
basa kuat adalah senyawa
polimer stiren divinilbenzena. Ikatan kimia pada polimer ini amat kuat
sehingga tidak mudah larut
dalam keasaman dan sifat basa yang tinggi dan tetap stabil pada suhu
diatas 150oC.
Polimer ini dibuat dengan
mereaksikan stiren dengan divinilbenzena, setelah terbentuk kerangka
resin penukar ion maka akan
digunakan untuk menempelnya gugus ion yang akan dipertukarkan.
Resin penukar kation dibuat
dengan cara mereaksikan senyawa dasar tersebut dengan gugus ion
yang dapat menghasilkan
(melepaskan) ion positif. Gugus ion yang biasa dipakai pada resin
penukar kation asam kuat adalah gugus sulfonat dan cara
pembuatannya dengan sulfonasi polimer polistyren divinilbenzena (matrik resin).
Gugus ion dalam penukar ion merupakan gugus yang
hidrofilik (larut dalam air). Ion yang terlarut dalam air adalah ion – ion yang
dipertukarkan karena gugus ini melekat pada polimer, maka ia dapat menarik
seluruh molekul polimer dalam air, maka polimer resin ini diikat dengan ikatan
silang (cross linked) dengan molekul polimer lainnya, akibatnya akan
mengembang dalam air.
Mekanisme
pertukaran ion dalam resin meskipun non kristalisasi adalah sangat mirip dengan
pertukaran ion- ion kisi kristal. Pertukaran ion dengan resin ini terjadi pada
keseluruhan struktur gel dari resin dan tidak hanya terbatas pada efek
permukaan. Pada
resin penukar anion, pertukaran terjadi akibat absorbsi kovalen yang asam. Jika
penukar anion tersebut adalah poliamin, kandungan amina resin tersebut adalah
ukuran kapasitas total pertukaran.
Dalam proses pertukaran ion apabila
elektrolit terjadi kontak langsung dengan resin penukar ion akan terjadi
pertukaran secara stokiometri yaitu sejumlah ion – ion yang dipertukarkan
dengan ion – ion yang muatannya sama akan dipertukarkan dengan ion – ion yang
muatannya sama pula dengan jumlah yang sebanding.
Material penukar ion yang utama berbentuk butiran atau
granular dengan struktur dari molekul
yang panjang (hasil co-polimerisasi), dengan
memasukkan grup fungsional dari asam sulfonat,
ion karboksil. Senyawa ini akan bergabung dengan ion pasangan seperti Na+,
OH− atau H+.
Senyawa ini merupakan struktur yang
porous. Senyawa ini merupakan penukar ion positif
(kationik) untuk menukar ion dengan
muatan elektrolit yang sama (positif) demikian sebaliknya
penukar ion negatif (anionik) untuk
menukar anion yang terdapat di dalam air yang diproses di
dalam unit “Ion Exchanger”.
Proses pergantian ion bisa “reversible”
(dapat balik), artinya material penukar ion dapat
diregenerasi. Sebagai contoh untuk
proses regenerasi material penukar kationik bentuk Na+ dapat
diregenerasi dengan larutan NaCl
pekat, bentuk H+ diregenerasi dengan larutan HCl sedangkan
material penukar anionik bentuk OH−
dapat diregenerasi dengan larutan NaOH (lihat buku
panduan dari pabrik yang menjual
material ini).
Regenerasi adalah suatu penginfeksian dengan
kekuatan baru terhadap resin penukar ion yang
telah habis saat kerjanya atau telah terbebani,
telah jenuh. Regenerasi penukaran ion dapat
dilakukan dengan mudah karena pertukaran ion
merupakan suatu proses yang reversibel yang
perlu diusahakan hanyalah agar pada regenerasi berlangsung
reaksi dalam arah yang
berkebalikan dari pertukaran ion.
DAFTAR PUSTAKA
Anonymous
A. 2010. Metode Pengolahan Kesadahan (Hardness)
Air dengan Menggunakan Resin Penukar Ion.
(http://smk3ae.wordpress.com/2008/06/19/metode-pengolahan-kesadahan-hardness-air-dengan-menggunakan-resin-penukar-ion/).
Diakses pada 16 November 2010
Winata,
Ari dkk. 2009. Tugas Besar Perencanaan
Bangunan Pengolahan Air Minum. Padang: UNAND
Rabu, 01 Agustus 2012
ER-2012: FORMAT LEMBAR PENGESAHAN
ER-2012: FORMAT LEMBAR PENGESAHAN: FORMAT LEMBAR PENGESAHAN Karya tulis ini diajukan untuk mengikuti Kompetisi Karya Tulis Ilmiah SM...
ER-2012: FORMAT HALAMAN JUDUL
ER-2012: FORMAT HALAMAN JUDUL: FORMAT HALAMAN JUDUL Kertas HVS warna putih, ukuran A-4 ENVIRONMENTAL RESPONSIBILITY JUDUL ...
ER-2012: Format Lembar Pernyataan
ER-2012: Format Lembar Pernyataan: Format Lembar Pernyataan LEMBAR PERNYATAAN Yang bertanda tangan di bawah ini, (Apabila perseor...
ER-2012: TIMELINE
ER-2012: TIMELINE: T imeline 1. Pe ndaftaran golombang I dimulai pada tanggal 16 Juli - 4 Agustus 2012 dengan...
ER-2012: Kriteria Penilaian
ER-2012: Kriteria Penilaian: No Kriteria Penilaian Bobot Skor Nilai (Bobot ...
ER-2012: download LKTI lengkap
ER-2012: download LKTI lengkap: buat kamu yang mau syarat, kriteria , format, timeline dan segala yang berhubungan dengan lomba karya tulis ilmiah secara lengkap silahkan ...
Minggu, 29 Juli 2012
UJI COLIFORM
Pemeriksaan mengenai ada atau tidaknya bakteri E. Coli dalam suatu sampel air sangat penting untuk dilakukan. Hal ini dikarenakan bakteri E. Coli dapat dijadikan sebagai indikator pencemaran air. Kehadirannya dalam air
terutama pada air sumber MCK (mandi cuci kakus) sangat tidak diharapkan
(Mikrobiologi Lingkungan, 2011).
Dalam uji ini, terdapat empat
macam bentuk pengujian, yaitu uji dugaan, yaitu uji untuk menentukan jumlah
perkiraan terdekat dari bakteri E. Coli
yang mungkin terkandung dalam sampel air. Uji yang kedua yaitu uji penegasan,
yaitu uji untuk memeriksa kembali koloni bakteri yang telah teridentifikasi
pada uji dugaan. Uji yang ketiga yaitu uji kelengkapan yang bertujuan untuk
meneliti bakteri E. Coli secara
mendetail dan yang terakhir yaitu uji identifikasi, yaitu uji untuk
mengidentifikasi jenis bakteri E. Coli
yang telah diperoleh (Mikrobiologi Lingkungan, 2011).
Pengukuran pertumbuhan bakteri
dapat dilakukan dengan pengenceran biakan atau medium dengan air steril sampai
taraf 1 ml enceran mengandung sedikit bakteri (sebaiknya 30 dan 300 ). Kemudian
larutan dengan jumlah yang diketahui dicampur dengan medium nutrien agar (air,
seperti Lactose Broth, Brilian Green Lactose Broth, dll).
Campuran ini kemudian dituangkan ke dalam cawan petri, dibiarkan mengeras dan
diinkubasi selama satu atau dua hari supaya masing-masing sel dapat
memperbanyak diri sampai membentuk koloni (massa bakteri). Pekerjaan berikut
yang harus dilakukan adalah menghitung koloni untuk mengetahui berapa bakteri
yang hidup yang ada dalam larutan tersebut (Wheeler
– Volk, 1988).
Persamaan sederhana untuk menghitung
jumlah bakteri
Bo = (D) (C)
|
Bo = Jumlah bakteri dalam 1 ml biakan asli
D = Faktor
pengenceran (untuk pengenceran 1 :10.000, D = 10.000)
C = Jumlah
koloni yan dihitung
Contoh: Jika suatu biakan diencerkan
menjadi 1 : 100.000 dan setelah pertumbuhan terhitung 78 koloni, berapa jumlah
bakteri dalam biakan asli ?
Bo
= (100.000) (78)
Bo
= 7.800.000 per ml
Bakteri
yang berdaya hidup dapat juga dicacah dengan cara menyaring biakan melalui
penyaring membran yang akan menahan setiap bakteri yang ada. Penyaring ini
kemudian ditaruh pada cawan petri steril dan ditutup dengan medium agar yang
sesuai. Setelah 36 hingga 48 jam, koloni yang tumbuh pada membran dapat
dicacah. Metode statistik yang digunakan untuk memperkirakan jumlah bakteri E. coli dalam air minum disebut jumlah
paling mendekati MPN ( The Most Probable Number) .
Jika
keadaan baik, hampir semua bakteri mampu berkembang biak dengan sangat cepat.
Waktu yang dibutuhkan suatu organisme untuk membelah menjadi dua disebut waktu
generasi. Pada beberapa bakteri, seperti E.
Coli, waktu generasi rata-rata mungkin 20 menit, sedangkan pada jenis
lainnya (seperti M. Tuberculosis)
sekitar 15 sampai 20 jam. Waktu generasi selama pertumbuhan aktif bervariasi
sesuai dengan jenis bakteri, walaupun kebanyakan kurang dari 1 jam. Ilustrasi
tentang pentingnya mengetahui waktu generasi bakteri ditunjukkan oleh
penanganan yang tepat biakan urin di tempat praktek dokter dan rumah sakit.
Jika biakan urin yang terkontaminasi hanya 500 bakteri E. Coli setiap milimeter ditinggalkan di bangsal rumah sakit selama
beberapa jam sebelum dibawa ke klinik diagnostik .
Bakteri E.
Coli memiliki kemampuan untuk memfermentasikan kaldu laktosa pada temperatur 37oC,
dengan membentuk asam dan gas dalam waktu 48 jam. Sejak diketahui bahwa E. Coli tersebar dalam semua individu,
analisis bakterialogis terhadap air minum ditunjukkan dengan kehadiran bakteri
tersebut. Walaupun adanya bakteri tersebut tidak dapat memastikan kehadiran
bakteri tersebut (bakteri patogen) secara langsung. Namun dari hasil yang
didapat memberikan kesimpulan bahwa E.
Coli dalam jumlah tertentu dalam air dapat digunakan sebagai indikator
adanya bakteri yang patogen .
Bakteri Escherichia Coli adalah bakteri gram
negatif berbentuk batang yang tidak membentuk spora dan merupakan flora normal
didalam usus. E. Coli umumnya bukan
patogen penyebab penyakit namun bila jumlahnya melampaui normal maka dapat pula
menyebabkan penyakit. E. Coli
merupakan salah satu bakteri coliform.
Kualitas air bersih di Indonesia harus
memenuhi persyaratan yang tertuang didalam Peraturan Menteri Kesehatan RI
No.173/Menkes/Per/VII/77, yaitu (Suriawiria,1985) :
1. Kualitas Fisik
Kualitas fisik meliputi kekeruhan,
temperatur, warna, bau dan rasa.
2. Kualitas Kimia
Hal ini berhubungan dengan adanya ion-ion
senyawa atau logam yang membahayakan.
3. Kualitas Biologis
Hal ini berhubungan dengan kehadiran
mikroba patogen, pencemar dan penghasil toksin.
TABEL 2.1 TABEL MPN
Jumlah tabung (+) gas
|
Indek MPN per ml tiap 100 ml
|
||
10 ml
|
1 ml
|
0,1 ml
|
|
0
|
0
|
1
|
2
|
0
|
1
|
0
|
2
|
0
|
1
|
1
|
4
|
1
|
0
|
0
|
2,2
|
1
|
0
|
1
|
4,4
|
1
|
1
|
0
|
4,4
|
1
|
1
|
1
|
6,7
|
2
|
0
|
0
|
5
|
2
|
0
|
1
|
7,5
|
2
|
1
|
0
|
7,6
|
2
|
1
|
1
|
10
|
3
|
0
|
0
|
8,8
|
3
|
0
|
1
|
12
|
3
|
1
|
0
|
12
|
3
|
1
|
1
|
15
|
4
|
0
|
0
|
18
|
4
|
0
|
1
|
20
|
4
|
1
|
0
|
21
|
4
|
1
|
1
|
27
|
5
|
0
|
0
|
38
|
0
|
0
|
1
|
2
|
5
|
0
|
1
|
96
|
5
|
1
|
1
|
240
|
Langganan:
Postingan (Atom)