Jumat, 02 November 2012

macam-macam radar



RADAR
1.    Pengertian Radar
Radar merupakan suatu singkatan dari radio detection and ranging. Sesuai dengan nama yang diberikan radar dikembangkan sebagai suatu cara yang menggunakan gelombang radio untuk mendeteksi adanya objek dan menentukan jarak (posisi) obyek tersebut. Prinsip kerja radar ialah memancarkan dan menerima gelombang elektromagnetik yang dipantulkan oleh target. Dalam bidang meteorology radar digunakan untuk mendeteksi dan mengetahui letak awan dan kemungkinan terjadinya hujan.

2.    Komponen Radar
Ada tiga komponen utama yang tersusun di dalam sistem radar,yaitu:
·         Transmitter(pemancar sinyal)
·         Antenna, dan
·         Receiver (penerima sinyal)

Selain tiga komponen di atas, sistem radar juga terdiri dari beberapa komponen pendukunglainnya, yaitu
1.    Waveguide ,berfungsi sebagai penghubung antara antena dan transmitter.
2.    Duplexer, berfungsi sebagai tempat pertukaran atau peralihan antara antena danpenerima atau pemancar sinyal ketika antena digunakan dalam kedua situati tersebut.
3.    Software, merupakan suatu bagian elektronik yang berfungsi mengontrol kerja seluruhperangkatdan antena ketika melakukan tugasnya masing-masing








                  Sumber: http://en.wikipedia.org/wiki/Imager:Sonar_Principle_EN.svg.
                                          Gambar 1. Prinsip kerja radar

3.    Manfaat Radar
Manfaat dari adanya radar yaitu :
1. Untuk mengetahui intensitas curah hujan, mendeteksi kecepatan, dan arah angin.
2. Untuk mendeteksi posisi dan keberadaan pesawat terbang lain.
3. Untuk mencapai sasaran/target penembakan.
4. Untuk mendeteksi kecepatan kendaraan bermotor saat melaju di jalan.
5. Untuk mengatur jalur perjalanan kapal agar setiap kapal dapat berjalan dengan baik dan tidak bertabrakan.
6. Untuk mengatur lalu lalang serta kelancaran lalu lintas udara bagi setiap pesawat terbang yang akan lepas landas (take off), terbang, maupun yang akan mendarat (landing).

4.    Jenis-jenis  Radar
Jenis-jenis dari radar yaitu:
1.  Doppler Radar
Jenis radar ini menggunakan efek Doppler untuk mengukur kecepatan radial dari sebuah objek yang masuk ke daerah tangkapan. Efek Doppler adalah perubahan frekuensi atau panjang gelombang dari sebuah gelombang yang diterima pengamat. Adapun kecepatan radial ialah kecepatan suatu benda dalam arah segaris dengan pandangan (menjauhi atau mendekati pengamat). Contoh Doppler Radar ialah radar cuaca yang digunakan mengetahui seluruh fenomena yang terjadi di atmosfer Bumi atau sebuah planet lain.

2. Bistatic Radar
Sistem radar ini terdiri dari komponen penerima sinyal (receiver) dan pemancar sinyal (transmitter). Dengan dua komponen tersebut, target dapat dideteksi melalui sinyal yang dipantulkan ke pusat antena. Sistem radar itu berfungsi melacak keberadaan target melalui proses refleksi dari sumber pencahayaan yang ada. Radar ini selanjutnya biasa digunakan untuk sinyal komunikasi dan sistem penyiaran. frans ekodhanto

3.    Radar presipitasi (PR : Precipitation Radar)
adalah sensor pengindera presipitasi (curah hujan) pertama yang berada di antariksa, dan dibawa oleh satelit TRMM (Tropical Rainfall Measuring Mission). Sensor PR satelit TRMM ini berupa radar pengamatan secara elektronik (electronically scanning radar) terhadap curah hujan dari antariksa, beroperasi pada frekuensi 13,8 GHz, memiliki resolusi horisontal di permukaan sekitar 3,1 mile (5 km) dan lebar sapuan (swath width) 154 mile (247 km). Kegunaan utama dari sensor PR satelit TRMM ini adalah untuk pemantauan/pengukuran secara 3-D (tiga dimensi) distribusi curah hujan yang terjadi, baik di atas daratan maupun di atas lautan, serta untuk pengukuran kedalaman lapisan curah hujan di atmosfer itu sendiri. Secara lebih rinci, sensor PR satelit TRMM ini dapat digunakan untuk pemantauan/pengukuran profil (vertikal) curah hujan dan salju dari permukaan sampai ketinggian sekitar 12 mile (20 km), dengan resolusi vertikal setiap 250 m, dan sensitivitas sinyal minimum yang mampu di deteksi senor PR satelit TRMM ini lebih kurang 20 dBz atau setara dengan kecepatan curah hujan (rain rate) sekitar 0,7 mm / jam. (Fu dan Liu, 2001). Sensor PR satelit TRMM ini didisain oleh NASDA (National Space Development Agency) Jepang, yang sekarang dikenal sebagai JAXA (Japan Aerospace Exploration Agency) Jepang dalam rangka kerjasama dengan NASA (National Aeronautics and Space Administration) Amerika Serikat untuk memantau dan studi curah hujan di daerah tropis. Ilustrasi artistik satelit TRMM berikut 5 sensor utamanya (PR, TMI, VIRS, LIS dan CERES) disajikan dalam gambar (1) berikut :











                 Sumber: (http : //trmm.gsfc.nasa.gov/overview_dir... 2/2/2008).

Gambar 2. Ilustrasi artistik satelit TRMM berikut sensor-sensor utamanya yaitu PR (Precipitation Radar), TMI
(TRMM Microwave Imager), VIRS (Visible Infrared Scanner), LIS (Lightning Imaging Sensor) dan CERES (Clouds
and Earth’s Radiant Energy System).



Gambar 3. ilustrasi artititik resolusi spasial dan resolusi vertikal sensor presipitasi (PR :
Precipitation Radar) satelit TRMM dan perbandingannya dengan sensor radar cuaca yang di
bawa pesawat terbang maupun sensor radar cuaca di permukaan bumi. (Heymsfield et al.,
2000).





















Sumber : (http://trmm.gsfc.nasa.gov/trmm_rain/Events/auto_pr_slice.html.4/23/2008).
Gambar 4. Estimasi curah hujan dari satelit TRMM sensor PR (Precipitation Radar) dan TMI (TRMM
Microwave Imager) yang di-overlay dengan sensor VIRS (Visible Infra Red Scanner


4.    Equatorial Atmosphere Radar (EAR)
EAR adalah radar doppler yang dibangun untuk observasi di daerah ekuator, radar ini selesai diinstal sejak bulan Maret 2001. EAR beroperasi pada 47 MHz dengan maksimum peak dan kekuatan transmisi rata-rata 100 kW dan 5 kW. EAR diinstal pada area pengunungan di bagian barat Sumatra yang berlokasi pada 0.20º S, 100º E di Bukittinggi.
Prinsip pengukuran angin dengan radar memancarkan dan menerima pulsa radiasi gelombang mikro dengan antenanya. Antena memfokuskan radiasi menjadi beam sempit, sehingga sinyal yang ditransmisikan berjalan pada arah yang spesifik. Sinyal yang diterima dipantulkan dari target yang terletak di arah beam, dan jarak antar radar dengan target bisa ditentukan secara akurat dari selang waktu sinyal yang dipancarkan sampai sinyal yang diterima. Di stasiun ini dibangun Radar Atmosfer Khatulistiwa (Equatorial Atmospheric Radar) untuk memantau kondisi atmosfer hingga ketinggian lebih dari 100 kilometer. Dengan instrumen ini diukur angin dalam tiga dimensi. Selain itu diperoleh data suhu virtual dengan menggunakan gelombang suara untuk kemudian dikonversikan guna memperoleh gambaran besarnya kandungan uap air di atas atmosfer Sumatera Barat.

5.      Boundary Layer Radar (BLR)
BLR merupakan L-band Doppler radar yang disebutkan sebagai radar profil angin yang dapat digunakan untuk mengukur kecepatan angin pada suatu tempat sebagai fungsi dari ketinggian. Boundary Layer atmosfer sendiri didefinisikan sebagai bagian dari troposfer yang secara langsung dipengaruhi oleh permukaan bumi dan bereaksi dengan gaya permukaan dalam skala waktu kurang dari satu jam. Gaya ini termasuk evaporasi, transpirasi, transfer panas dan emisi polutan (Nurmayani, 2003).
Sistem perangkat BLR terdiri dari unit antena, unit transmitter, unit penerima, unit akusisi data dan unit pemroses sinyal. Pada pengamatan dengan BLR sinyal frekuensi radio yang diperkuat dalam unit transmitter, dipancarkan dari antena parabola. Sinyal lemah yang dipantulkan turbulensi atmosfer, dikumpulkan antena dan ditransfer ke unit penerima. Sinyal yang diterima akan diperkuat, dideteksi dan diubah ke sinyal video dalam unit penerima kemudian sinyal video dikirim ke unit pemroses data. BLR memiliki daya sebesar 1 kW dengan resolusi spasial 100 m dan resolusi temporal 1 menit. Kisaran ketinggian BLR sekitar 1-5 km. BLR menggunakan tiga buah antena parabola dengan diameter masing-masing 2 m. Antena-antena diarahkan ke tiga titik berbeda yaitu satu beam tepat kearah vertikal, dua beam lainnya kearah timur dan utara dengan sudut zenith maksimum 30º. Untuk mendapatkan tiga komponen angin, BLR harus beroperasi dengan menggunakan frekuensi tinggi. Sebagai konsekuensi penggunaan frekuensi tinggi ini, pemantulan volume radar dari turbulensi atmosfer akan lebih kecil bila dibandingkan butir hujan. Akibatnya BLR tidak dapat mengukur pergerakan atmosfer secara langsung pada saat awan hujan atau mendung.



6.    X-band Radar (XDR)

X-band merupakan radar doppler yang dapat mendeteksi awan sampai pada jarak 83 km. X-band beroperasi pada 9.445 GHz dan kekuatan transmisi puncaknya 40 kW dengan resolusi waktu 4 menit dan resolusi spasial 250 m. Pada tanggal 10 April-9 Mei 2004, X-band dipasang pada sebuah volume pengamatan dengan 17 sudut zenith dari 0.7º-40.0º. Untuk melihat aktivitas awan di Kototabng, X-band dipasang dengan jarak 20 km dari arah tenggara EAR dan dapat mengamati awan pada ketinggian lebih dari 14 km.

5.    Prinsip kerja Radar dalam menentukan curah hujan
Untuk menganalisis angin pada saat kemunculan awan hujan digunakan data EAR. Data EAR yang berupa data angin zonal, meridional dan vertikal diolah dengan menggunakan fortran. Hasil olahannya berupa arah angin berdasarkan waktu (sumbu x) dan ketinggian (sumbu y). Perbandingan hasil pengamatan dilakukan dengan melihat karakteristik awan hujan, kejadian hujan dan keadaaan angin pada masing-masing pengamatan.

Selasa, 30 Oktober 2012

sistem informasi lingkungan


Data status lingkungan hidup daerah (SLHD) merupakan data penting dalam penyusunan perencanaan pembangunan daerah oleh karena itu sangat diperlukan suatu sistem dalam mengelola data dan informasi lingkungan hidup tersebut. Sistem informasi lingkungan merupakan suatu bentuk pengarsipan data secara digital, yang diwujudkan dalam bentuk tabel, peta, grafik, gambar dan deskripsi singkat tentang berbagai komponen lingkungan yang digabungkan dengan model basis data(database) lingkungan.
Salah satu penyajian basis data lingkungan adalah dengan penyusunan peta berbagai komponen lingkungan dalam format dan skala yang seragam, sabagai dasar bagi pengambilan kebijakan terhadap pembangunan. Untuk menyajikan peta sumber daya wilayah tersebut, maka perangkat digital yang digunakan adalah MapInfo atau ArcGIS atau Arc View yang diintegrasikan dengan perangkat lunak lain, dalam hal ini dengan bahasa pemrograman, untuk penyusunan model basis data.
Adapun hasil yang bisa didapat pada sistem informasi lingkungan hidup ini berupa: Basis data (database) Lingkungan Hidup Kota Pariaman, dan peta-peta yang meliputi (peta administrasi, peta penggunaan lahan, peta lokasi rumah sakit, peta lokasi hotel dan penginapan). Serta aplikasi SistemInformasi Lingkungan Hidup yang merupakan integrasi dari database dan SistemInformasi Geografis.
Maksud dari pembuatan SIL adalah untuk mengumpulkan data-data status lingkungan hidup daerah Kota Pariaman secara digital dengan format database dan dapat diperbaharui dalam jangka waktu tertentu dengan melibatkan Satuan Kerja Perangkat daerah (SKPD) terkait sekaligus dapat diakses oleh masyarakat dalam bentuk website.
Tujuan dari pembuatan SIL adalah untuk memperbaharui data-data lingkungan hidup Kota Pariaman dalam bentuk database program sehingga dapat dapat diakses dengan mudah dan cepat yang berguna dalam penyusunan perencanaan pembangunan daerah Kota Pariaman.

Rabu, 22 Agustus 2012

Sistem penyedian air minum

Dalam sistem penyediaan aiir minum terdapat empat komponen utama yaitu:
1. sumber dan bangunan penangkap
    sumber dan sistem intake meliputi sumber air baku yang digunakan dan sistem pengumpulannya.sistem ini        harus mampu menyuplai secara kontinu air dalam jumlah yang mencukupi.
2. sistem transmisi
    sisitem transmisi berfungsi untuk membawa air baku air hasil pengolahan dari sumber ke distribusi
3. sistem pengolahan
    sistem pengolahan digunakan untuk mengelola air baku yang digunakan agar memenhi syarat air minumyang telah ditetapkan
4. sistem distribusi
    sistem distribusi berfungsi untuk mengalirkan air hasil kepada masyarakat atau konsumen pemakai dengan tekannan yang mencakupi pada jaringan pipa distribusi

ion exchange


Ion exchange merupakan suatu metode unit proses yang terdiri dari reaksi kimia antara ion dalam fase cair dengan ion dalam media padat tidak larut (resin). Kesadahan umumnya dihilangkan menggunakan resin penukar ion. Resin pelunak air komersial dapat digunakan dalam skala kecil, meskipun demikian tidak efektif digunakan untuk sekala besar.  Resin adalah suatu polimer yang secara elektris memiliki muatan yang satu ionnya dapat digantikan oleh ion lainnya. Sering kali resin dipakai untuk menghilangkan molekul yang besar dari air misalnya asam humus, lignin, asam sulfonat. Untuk regenerasi dipakai garam alkali atau larutan natrium hidroksida, bisa juga dengan asam klorida jika dipakai resin dengan sifat asam. Dalam regenerasi itu dihasilkan eluen yang mengandung organik dengan konsentrasi tinggi. Untuk proses air minum sampai sekarang hanya dipakai resin dengan sifat anionik.ibedakan atas dua jenis:
1.      Resin alami
Umumnya yang digunakan adalah zeolit, yaitu mineral yang terdiri dari kristal alumino silikat terhidrasi yang mengandung kation alkali atau alkali tanah dalam kerangka tiga dimensi.
2.      Resin buatan atau sintesis
Resin penukar ion sintetis merupakan suatu polimer yang terdiri dari dua bagian yaitu struktur fungsional dan matrik resin yang sukar larut. Resin penukar ion ini dibuat melalui kondensasi phenol dengan formaldehid yang kemudian diikuti dengan reaksi sulfonasi untuk memperoleh resin penukar ion asam kuat. Resin sintesis memiliki kapasitas ion exchange yang lebih besar dari resin alami baik dari segi penukaran kation maupun anion. Biasanya resin sintesis terdiri dari polimerasi material organik syrene dan DVB (divinylbenzene).
Dalam pengolahan air minum, media ion exchange harus memiliki sifat-sifat sebagai berikut:
a.       Memiliki ion dalam media ion exchange itu sendiri;
b.      Tidak larut dalam air;
c.       Memiliki luas permukaan yang cukup pada struktur poro-poro sehingga mudah bagi ion untuk melewatinya;
d.      Memiliki kapasitas ion exchange dan dapat diregenerasi dengan bahan kimia yang sesuai;
e.       Bersifat tahan lama dan stabil secara kimia;
f.       Tidak beracun dan dalam penggunaannya tidak mewarnai air. 
Fungsi dari ion exchange adalah:
a.       Demineralisi air;
b.      Penyisihan amoniak;
c.       Penyisihan logam berat;
d.      Pengolahan radioaktif tingkat tinggi dan tingkat rendah.
Kriteria desain kolom penukar ion:
a.       Kedalaman resin 2,0-8,5 ft;
b.      Laju alir larutan 1-8 gpm/ft2;
c.       Ukuran diameter butiran (0,1-1) mm;
d.      Tingkat kolom harus memungkinkan terjadinya ekspansi resin selama backwash, tinggi maksimum kolom ± 12 ft;
e.       Selama backwash, zeolit berekspansi 25% dari kedalamannya sedangkan resin sintetis akan mengembang 75-100% dari kedalamannya semula;
f.       Bila tinggi kolom yang dikehendaki besar dari 12 ft, digunakan 2 buah kolom. Salah satu jenis kolom ialah pra pabrikan kolom silinder baja dengan tinggi kolom 12 ft dan diameter 3 inchi. 

Sedangkan untuk resin penukar ion basa kuat diperoleh dengan mengkondensasikan
phenilendiamine dengan formaldehid dan telah ditunjukkan bahwa baik resin penukar kation dan resin penukar anion hasil sintesis ini dapat digunakan untuk memisahkan atau mengambil garam–garam.
Pada umumnya senyawa yang digunakan untuk kerangka dasar resin penukar ion asam kuat dan
basa kuat adalah senyawa polimer stiren divinilbenzena. Ikatan kimia pada polimer ini amat kuat
sehingga tidak mudah larut dalam keasaman dan sifat basa yang tinggi dan tetap stabil pada suhu
diatas 150oC.
Polimer ini dibuat dengan mereaksikan stiren dengan divinilbenzena, setelah terbentuk kerangka
resin penukar ion maka akan digunakan untuk menempelnya gugus ion yang akan dipertukarkan.
Resin penukar kation dibuat dengan cara mereaksikan senyawa dasar tersebut dengan gugus ion
yang dapat menghasilkan (melepaskan) ion positif. Gugus ion yang biasa dipakai pada resin
penukar kation asam kuat adalah gugus sulfonat dan cara pembuatannya dengan sulfonasi polimer polistyren divinilbenzena (matrik resin).
Gugus ion dalam penukar ion merupakan gugus yang hidrofilik (larut dalam air). Ion yang terlarut dalam air adalah ion – ion yang dipertukarkan karena gugus ini melekat pada polimer, maka ia dapat menarik seluruh molekul polimer dalam air, maka polimer resin ini diikat dengan ikatan silang (cross linked) dengan molekul polimer lainnya, akibatnya akan mengembang dalam air.
Mekanisme pertukaran ion dalam resin meskipun non kristalisasi adalah sangat mirip dengan pertukaran ion- ion kisi kristal. Pertukaran ion dengan resin ini terjadi pada keseluruhan struktur gel dari resin dan tidak hanya terbatas pada efek permukaan. Pada resin penukar anion, pertukaran terjadi akibat absorbsi kovalen yang asam. Jika penukar anion tersebut adalah poliamin, kandungan amina resin tersebut adalah ukuran kapasitas total pertukaran.
Dalam proses pertukaran ion apabila elektrolit terjadi kontak langsung dengan resin penukar ion akan terjadi pertukaran secara stokiometri yaitu sejumlah ion – ion yang dipertukarkan dengan ion – ion yang muatannya sama akan dipertukarkan dengan ion – ion yang muatannya sama pula dengan jumlah yang sebanding.
Material penukar ion yang utama berbentuk butiran atau granular dengan struktur dari molekul
yang panjang (hasil co-polimerisasi), dengan memasukkan grup fungsional dari asam sulfonat,
ion karboksil. Senyawa ini akan bergabung dengan ion pasangan seperti Na+, OHatau H+.
Senyawa ini merupakan struktur yang porous. Senyawa ini merupakan penukar ion positif
(kationik) untuk menukar ion dengan muatan elektrolit yang sama (positif) demikian sebaliknya
penukar ion negatif (anionik) untuk menukar anion yang terdapat di dalam air yang diproses di
dalam unit “Ion Exchanger”.
Proses pergantian ion bisa “reversible” (dapat balik), artinya material penukar ion dapat
diregenerasi. Sebagai contoh untuk proses regenerasi material penukar kationik bentuk Na+ dapat
diregenerasi dengan larutan NaCl pekat, bentuk H+ diregenerasi dengan larutan HCl sedangkan
material penukar anionik bentuk OHdapat diregenerasi dengan larutan NaOH (lihat buku
panduan dari pabrik yang menjual material ini).
Regenerasi adalah suatu penginfeksian dengan kekuatan baru terhadap resin penukar ion yang
telah habis saat kerjanya atau telah terbebani, telah jenuh. Regenerasi penukaran ion dapat
dilakukan dengan mudah karena pertukaran ion merupakan suatu proses yang reversibel yang
perlu diusahakan hanyalah agar pada regenerasi berlangsung reaksi dalam arah yang
berkebalikan dari pertukaran ion.   



DAFTAR PUSTAKA
Anonymous A. 2010. Metode Pengolahan Kesadahan (Hardness) Air dengan Menggunakan Resin Penukar  Ion. (http://smk3ae.wordpress.com/2008/06/19/metode-pengolahan-kesadahan-hardness-air-dengan-menggunakan-resin-penukar-ion/). Diakses pada 16 November 2010
Winata, Ari dkk. 2009. Tugas Besar Perencanaan Bangunan Pengolahan Air Minum. Padang: UNAND


Rabu, 01 Agustus 2012

ER-2012: FORMAT LEMBAR PENGESAHAN

ER-2012: FORMAT LEMBAR PENGESAHAN: FORMAT LEMBAR PENGESAHAN Karya tulis ini diajukan untuk mengikuti Kompetisi Karya Tulis Ilmiah SM...

ER-2012: FORMAT HALAMAN JUDUL

ER-2012: FORMAT HALAMAN JUDUL: FORMAT HALAMAN JUDUL Kertas HVS warna putih, ukuran A-4 ENVIRONMENTAL RESPONSIBILITY JUDUL ...

ER-2012: Format Lembar Pernyataan

ER-2012: Format Lembar Pernyataan: Format Lembar Pernyataan LEMBAR PERNYATAAN Yang bertanda tangan di bawah ini, (Apabila perseor...

ER-2012: TIMELINE

ER-2012: TIMELINE: T imeline 1.         Pe ndaftaran golombang I dimulai pada tanggal 16 Juli - 4 Agustus 2012 dengan...

ER-2012: Kriteria Penilaian

ER-2012: Kriteria Penilaian: No Kriteria Penilaian Bobot Skor Nilai (Bobot ...

ER-2012: download LKTI lengkap

ER-2012: download LKTI lengkap: buat kamu yang mau syarat, kriteria , format, timeline dan segala yang berhubungan dengan lomba karya tulis ilmiah secara lengkap silahkan ...

ER-2012: poster Lomba Karya Tulis Ilmiah Se SUMBAR -RIAU- J...

ER-2012: poster Lomba Karya Tulis Ilmiah Se SUMBAR -RIAU- J...

Minggu, 29 Juli 2012

UJI COLIFORM


Pemeriksaan mengenai ada atau tidaknya bakteri E. Coli dalam suatu sampel air sangat penting untuk dilakukan. Hal ini dikarenakan bakteri E. Coli dapat dijadikan sebagai indikator pencemaran air. Kehadirannya dalam air terutama pada air sumber MCK (mandi cuci kakus) sangat tidak diharapkan (Mikrobiologi Lingkungan, 2011).
Dalam uji ini, terdapat empat macam bentuk pengujian, yaitu uji dugaan, yaitu uji untuk menentukan jumlah perkiraan terdekat dari bakteri E. Coli yang mungkin terkandung dalam sampel air. Uji yang kedua yaitu uji penegasan, yaitu uji untuk memeriksa kembali koloni bakteri yang telah teridentifikasi pada uji dugaan. Uji yang ketiga yaitu uji kelengkapan yang bertujuan untuk meneliti bakteri E. Coli secara mendetail dan yang terakhir yaitu uji identifikasi, yaitu uji untuk mengidentifikasi jenis bakteri E. Coli yang telah diperoleh (Mikrobiologi Lingkungan, 2011).   
Pengukuran pertumbuhan bakteri dapat dilakukan dengan pengenceran biakan atau medium dengan air steril sampai taraf 1 ml enceran mengandung sedikit bakteri (sebaiknya 30 dan 300 ). Kemudian larutan dengan jumlah yang diketahui dicampur dengan medium nutrien agar (air, seperti Lactose Broth, Brilian Green Lactose Broth, dll). Campuran ini kemudian dituangkan ke dalam cawan petri, dibiarkan mengeras dan diinkubasi selama satu atau dua hari supaya masing-masing sel dapat memperbanyak diri sampai membentuk koloni (massa bakteri). Pekerjaan berikut yang harus dilakukan adalah menghitung koloni untuk mengetahui berapa bakteri yang hidup yang ada dalam larutan tersebut (Wheeler – Volk, 1988).
Persamaan sederhana untuk menghitung jumlah bakteri 
Bo = (D) (C)
Bo = Jumlah bakteri dalam 1 ml biakan asli
D   = Faktor pengenceran (untuk pengenceran 1 :10.000, D = 10.000)              
C   = Jumlah koloni yan dihitung       

Contoh: Jika suatu biakan diencerkan menjadi 1 : 100.000 dan setelah pertumbuhan terhitung 78 koloni, berapa jumlah bakteri dalam biakan asli ?
                                                   Bo = (100.000) (78)
                                                   Bo = 7.800.000 per ml
Bakteri yang berdaya hidup dapat juga dicacah dengan cara menyaring biakan melalui penyaring membran yang akan menahan setiap bakteri yang ada. Penyaring ini kemudian ditaruh pada cawan petri steril dan ditutup dengan medium agar yang sesuai. Setelah 36 hingga 48 jam, koloni yang tumbuh pada membran dapat dicacah. Metode statistik yang digunakan untuk memperkirakan jumlah bakteri E. coli dalam air minum disebut jumlah paling mendekati MPN ( The Most Probable Number) .
Jika keadaan baik, hampir semua bakteri mampu berkembang biak dengan sangat cepat. Waktu yang dibutuhkan suatu organisme untuk membelah menjadi dua disebut waktu generasi. Pada beberapa bakteri, seperti E. Coli, waktu generasi rata-rata mungkin 20 menit, sedangkan pada jenis lainnya (seperti M. Tuberculosis) sekitar 15 sampai 20 jam. Waktu generasi selama pertumbuhan aktif bervariasi sesuai dengan jenis bakteri, walaupun kebanyakan kurang dari 1 jam. Ilustrasi tentang pentingnya mengetahui waktu generasi bakteri ditunjukkan oleh penanganan yang tepat biakan urin di tempat praktek dokter dan rumah sakit. Jika biakan urin yang terkontaminasi hanya 500 bakteri E. Coli setiap milimeter ditinggalkan di bangsal rumah sakit selama beberapa jam sebelum dibawa ke klinik diagnostik .
Bakteri E. Coli memiliki kemampuan untuk memfermentasikan kaldu laktosa pada temperatur 37oC, dengan membentuk asam dan gas dalam waktu 48 jam. Sejak diketahui bahwa E. Coli tersebar dalam semua individu, analisis bakterialogis terhadap air minum ditunjukkan dengan kehadiran bakteri tersebut. Walaupun adanya bakteri tersebut tidak dapat memastikan kehadiran bakteri tersebut (bakteri patogen) secara langsung. Namun dari hasil yang didapat memberikan kesimpulan bahwa E. Coli dalam jumlah tertentu dalam air dapat digunakan sebagai indikator adanya bakteri yang patogen .
Bakteri Escherichia Coli adalah bakteri gram negatif berbentuk batang yang tidak membentuk spora dan merupakan flora normal didalam usus. E. Coli umumnya bukan patogen penyebab penyakit namun bila jumlahnya melampaui normal maka dapat pula menyebabkan penyakit. E. Coli merupakan salah satu bakteri coliform.
Kualitas air bersih di Indonesia harus memenuhi persyaratan yang tertuang didalam Peraturan Menteri Kesehatan RI No.173/Menkes/Per/VII/77, yaitu (Suriawiria,1985) :
1.    Kualitas Fisik
Kualitas fisik meliputi kekeruhan, temperatur, warna, bau dan rasa.
2.    Kualitas Kimia
Hal ini berhubungan dengan adanya ion-ion senyawa atau logam yang membahayakan.
3.   Kualitas Biologis
Hal ini berhubungan dengan kehadiran mikroba patogen, pencemar dan penghasil toksin.
TABEL 2.1 TABEL MPN
Jumlah tabung (+) gas
Indek MPN per ml tiap 100 ml
10 ml
1 ml
0,1 ml
0
0
1
2
0
1
0
2
0
1
1
4
1
0
0
2,2
1
0
1
4,4
1
1
0
4,4
1
1
1
6,7
2
0
0
5
2
0
1
7,5
2
1
0
7,6
2
1
1
10
3
0
0
8,8
3
0
1
12
3
1
0
12
3
1
1
15
4
0
0
18
4
0
1
20
4
1
0
21
4
1
1
27
5
0
0
38
0
0
1
2
5
0
1
96
5
1
1
240